BAB II
Jaringan Nirkabel
a. Jaringan Nirkabel
Jaringan nirkabel biasanya menghubungkan satu sistem komputer dengan sistem yang lain dengan menggunakan beberapa macam media transmisi tanpa kabel, seperti: gelombang radio, gelombang mikro, maupun cahaya infra merah.
b. Gelombang Radio
Gelombang radio ialah sebuah gelombang yang memiliki frekuensi yang paling kecil atau panjang gelombang yang paling panjang. Gelombang radio yang mana ada di dalam sebuah rentang frekuensi yang luas dan meliputi beberapa Hz hingga gigahertz (GHz/orde pangkat 9). Dan biasanya juga dihasilkan dari rangkaian isolator di dalam alat-alat elektronika. Dan spektrum gelombang radio yang dipisahkan dalam sebuah pita-pita frekuensi ataupun panjang gelombang.
c. Polarisasi
d. Spektrum Elektromagnetik
- Panjang gelombang dikalikan dengan frekuensi, hasilnya kecepatan cahaya: 300 Mm/s, yaitu 300 MmHz
- Energi dari foton adalah 4.1 feV per Hz, yaitu 4.1μeV/GHz
- Panjang gelombang dikalikan dengan energi per foton adalah 1.24 μeVm
e. Bandwidth
Jadi bandwidth internet merupakan kapasitas maksimal jalur komunikasi untuk melakukan proses pengiriman dan penerimaan data dalam hitungan detik.
Terdapat juga istilah Bandwith Analog. Bandwidth Analog adalah perbedaan antara frekuensi paling rendah dan frekuensi paling tinggi pada suatu rentang frekuensi yang dapat diukur dengan satuan Hertz (Hz) untuk mengetahui data atau informasi yang dapat ditransmisikan pada suatu waktu.
Bandwidth sering dianalogikan dengan lebar jalan raya. Sedangkan data yang masuk melewati bandwidth diibaratkan kendaraan yang melintasi jalan tersebut. Semakin sedikit kendaraan yang lewat maka lalu lintas akan semakin lancar. Kebalikannya, jika kendaraan yang lewat banyak maka lalu lintas di jalan tersebut akan tersendat sehingga akan mempengaruhi aktivitas kendaraan lain.
Semakin besar jalan (bandwidth) maka akan semakin banyak pula kendaraan yang dapat melaluinya. Maka tidak salah jika bandwidth menjadi pertimbangan pengguna jaringan internet. Dikarenakan semakin besar bandwidth maka semakin cepat pertukaran data yang terjadi dan semakin banyak data yang dapat melaluinya dalam satu waktu.
Sumber: https://www.niagahoster.co.id/blog/pengertian-bandwidth/
f. Frekuensi dan Kanal
Frekuensi(f) dari sebuah gelombang adalah banyaknya siklus dari sebuah gelombang sinus yang terjadi dalam satu detik. Seperti gelombang radio, frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya siklus dari sebuah gelombang yang melewati pada satu titik yang diberikan dalam satu detik. Sebagai contoh gambar 1 menunjukkan 2 buah siklus terjadi dalam satu detik, karena itu, gelombang sinus tersebut dikatakan mempunyai 2 siklus perdetik.
Pada tahun 1967, untuk menghormati ahli ilmu fisika german Heinrich Hertz istilah Hertz telah ditunjuk untuk digunakan sebagai pengganti istilah siklus perdetik ketika mengacu pada frekuensi dari gelombang radio. Mungkin kelihatan memusingkan bahwa satu tempat dalam istilah siklus digunakan untuk mengganti alternative positif dan negative dari sebuah gelombang, tetapi dalam kejadian lain istilah Hertz digunakan untuk menggantikan apa yang nampak seperti hal yang sama. Kuncinya adalah factor waktu, siklus mengacu pada manapun urutan peristiwa, sedangkan hertz mengacu pada banyaknya kejadian yang berlangsung satu detik.
Hertz disingkat Hz, seribu Hertz sama dengan kHz, sekarang ini cakupan frekuensi yang dapat dipakai meluas dari kira-kira 15 Hz ke sekitar 300 GHZ.
Pada tahun 1967, untuk menghormati ahli ilmu fisika german Heinrich Hertz istilah Hertz telah ditunjuk untuk digunakan sebagai pengganti istilah siklus perdetik ketika mengacu pada frekuensi dari gelombang radio. Mungkin kelihatan memusingkan bahwa satu tempat dalam istilah siklus digunakan untuk mengganti alternative positif dan negative dari sebuah gelombang, tetapi dalam kejadian lain istilah Hertz digunakan untuk menggantikan apa yang nampak seperti hal yang sama. Kuncinya adalah factor waktu, siklus mengacu pada manapun urutan peristiwa, sedangkan hertz mengacu pada banyaknya kejadian yang berlangsung satu detik.
Hertz disingkat Hz, seribu Hertz sama dengan kHz, sekarang ini cakupan frekuensi yang dapat dipakai meluas dari kira-kira 15 Hz ke sekitar 300 GHZ.
2. Kanal
Berdasarkan pola pengelolaan, Wireless LAN (WLAN) dapat dipagi menjadi pengelolaan terpusat dan pengelolaan tidak terkoordinasi. Pengelolaan terpusa yaitu menempatkan accespoint pada pusat dan mengatur jarak antar accespoint. Pengelolaan terpusat sering dilakukan pada wilayah kampus,perkantoran, dan bandar udara untuk memperolesh sinyal yang maksimal dan mengurangi inferensi akibat tumpang tindih penggunaan kanal. Pengelolaan tidak terkoordinasi adalah penempatan AP tanpa pengaturan lokasi dan jarak antar AP. Pengelolaan tidak terkoordinasi biasa terdapat di lingkungan perumahan dan karakteristik umum sinyal AP yang saling tumpang tindih.
Teknik lain yang bias digunakan untuk pengelolaan WLAN yaitu teknik kanal. Teknik ini dapat diterapkan pada pengelolaan WLAN terpusat maupun tidak terkoordinasi . Teknik ini sebenarnya adalah teknik penempatan AP berdasarkan frekuensi dan durasi waktu. Setiap negara memberlakukan peraturan dalam penggunaan kanal ini seperti negara Eropa dan Australia memperbolehkan 1 kanal sampai 13 pada 802.11b/g. Amerika memperbolehkan 11 kanal , dan Jepang 14 kanal.
Pemberian kanal ini sebenarnya adalah upaya untuk memaksimalkan throughput, dan memperkecil interferensi.
Sumber: http://alfitosaputra.blogspot.com/2018/11/pengertian-frekuensi-dan-kanal.html
Teknik lain yang bias digunakan untuk pengelolaan WLAN yaitu teknik kanal. Teknik ini dapat diterapkan pada pengelolaan WLAN terpusat maupun tidak terkoordinasi . Teknik ini sebenarnya adalah teknik penempatan AP berdasarkan frekuensi dan durasi waktu. Setiap negara memberlakukan peraturan dalam penggunaan kanal ini seperti negara Eropa dan Australia memperbolehkan 1 kanal sampai 13 pada 802.11b/g. Amerika memperbolehkan 11 kanal , dan Jepang 14 kanal.
Pemberian kanal ini sebenarnya adalah upaya untuk memaksimalkan throughput, dan memperkecil interferensi.
Sumber: http://alfitosaputra.blogspot.com/2018/11/pengertian-frekuensi-dan-kanal.html
g. Perilaku Gelombang Radio
Ada beberapa aturan yang sangat ampuh pada saat merencanakan pertama kali untuk jaringan nirkabel:
- Semakin panjang panjang gelombang, semakin jauh gelombang radio merambat.
- Semakin panjang panjang gelombang, semakin mudah gelombang radio melalui atau mengitari penghalang.
- Semakin pendek panjang gelombang, semakin banyak data yang dapat di kirim.
Aturan di atas, merupakan simplifikasi dari perilaku gelombang secara umum, mungkin akan lebih mudah di mengerti melalui contoh.
Sumber: http://valdihars.blogspot.com/2018/11/perilaku-gelombang-radio.html
https://lms.onnocenter.or.id/wiki/index.php/WNDW:_Perilaku_Gelombang_Radio
- Semakin panjang panjang gelombang, semakin jauh gelombang radio merambat.
- Semakin panjang panjang gelombang, semakin mudah gelombang radio melalui atau mengitari penghalang.
- Semakin pendek panjang gelombang, semakin banyak data yang dapat di kirim.
Aturan di atas, merupakan simplifikasi dari perilaku gelombang secara umum, mungkin akan lebih mudah di mengerti melalui contoh.
Sumber: http://valdihars.blogspot.com/2018/11/perilaku-gelombang-radio.html
https://lms.onnocenter.or.id/wiki/index.php/WNDW:_Perilaku_Gelombang_Radio
h. Line of Sight
Konsep Line of Sight menjadi lebih kompleks jika kita menggunakan gelombang mikro. Ingat bahwa sebagian besar karakteristik perambatan / propagasi gelombang elektromagnetik tergantung pada panjang gelombang-nya. Hal ini kira-kira mirip dengan pelebaran gelombang pada saat gelombang tersebut berjalan. Panjang gelombang cahaya sekitar 0.5 mikrometer, sementara gelombang mikro yang kita gunakan dalam jaringan wireless mempunyai panjang gelombang beberapa sentimeter. Konsekuensi-nya, pancaran gelombang mikro akan lebih lebar – dalam bahasa yang sederhana gelombang mikro membutuhkan ruang / jalan yang lebih lebar.
Perlu di catat bahwa pancaran cahaya tampak juga akan melebar sama dengan gelombang mikro, jika kita mengijinkan cahaya untuk bergerak cukup jauh, kita akan melihat pelebaran pancaran walaupun cahaya mempunyai panjang gelombang yang pendek. Jika kita mengarahkan sinar laser yang sangat fokus ke bulan, maka pancaran sinar laser tersebut akan melebar sampai sekitar jari-jari 100 meter pada saat sinar laser tersebut menyentuh permukaan bulan. Kita dapat melihat dengan jelas efek ini di malam hari yang cerah dengan laser pointer, yang biasa digunakan untuk presentasi, dan keker / binokular. Kita tidak perlu mengarahkan ke bulan, coba saja arahkan ke gunung yang jauh, atau bangunan yang jauh, misalnya, tower tangki air. Kita akan melihat dengan jelas bahwa jari-jari pancaran akan bertambah dengan semakin jauh-nya jarak yang di tempuh.
Jadi Line of Sight yang kita butuhkan agar dapat terjadi sambungan wireless yang optimal antara A dan B sebetulnya lebih dari sekedar garis lurus yang tipis – tapi lebih berbentuk cerutu, atau sebuah elips. Lebar cerutu / elips tersebut di kenal sebagai konsep Fresnel Zone.
i. Daya
Kita akan kembali ke berbagai detail tentang transmisi daya, redaman, penguatan dan sensitifitas radio di Bab 3. Berikut ini akan di diskusikan secara singkat bagaimana daya P di definisikan dan di ukur.
Medan listrik di ukur dalam V/m (beda potensial per meter), daya yang ada di dalam-nya setara dengan medan listrik di kuadratkan.
P ~ E^2
Secara praktis, kita dapat mengukur daya menggunakan sejenis penerima, misalnya, sebuah antenna dan voltmeter, power meter, oscilloscope atau bahkan radio / wifi card di laptop. Melihat secara langsung daya yang ada di sinyal pada dasarnya melihat kuadrat dari sinyal dalam Volt (tegangan).
j. Jenis-Jenis Teknologi Jaringan Nirkabel Indoor dan Outdoor
1. Nirkabel WPAN (Wireless Personal Area Network)
Adalah jaringan wireles dengan jangkauan area kecil.
Contoh: Bluetooth, Infrared, Zigbee
- Bluetooth
Contoh: Bluetooth, Infrared, Zigbee
- Bluetooth
Bluetooth berfungsi untuk media komunikasi antar perangkat sehingga mempermudah pengiriman atau sharing file, audio bahkan video. Bluetooth sendiri sebenarnya diciptakan untuk menggatikan media kabel sebagai media perantara sehingga lebih praktis dan efisien.
2. Nirkabel WLAN (Wireless Local Area Network)
3. Nirkabel WMAN (Wireless Metropolitan Area Network)
Contoh: WiMAX
4. Nirkabel WWAN (Wireless Wide Area Network)
Atau Mobile Network adalah jaringan radio terdistribusi yang melayani media komunikasi perangkat mobile seperti : Handphone, Pager, dll.
Contoh: GSM, PCS, D-AMPS
Sumber: https://pkopiko.blogspot.com/?view=sidebar
k. Jaringan Nirkabel 802.11
802.11 adalah sebuah standart yang digunakan dalam jaringan Wireless/Jaringan Nirkabel dan di implementasikan di seluruh peralatan Wireless yang ada. 802.11 dikeluarkan oleh IEEE sebagai standart komunikasi untuk bertukar data di udara/nirkabel.
Untuk berkomunikasi di udara/Wireless/tanpa kabel, standart 802.11 menyatakan bahwa operasinya adalah Half Duplex, menggunakan frequensi yang sama untuk mengirim dan menerima data dalam sebuah WLAN. Tidak diperlukan licensi untuk menggunakan standart 802.11, namun harus mengikuti ketentuan yang telah di buat oleh FCC. IEEE mendefinisikan standart agar sesuai dengan peraturan FCC. FCC tidak hanya mengatur Frekuensi yang dapat di gunakan tanpa licensi tetapi juga level power dimana WLAN dapat beroperasi, teknologi transmisi yang dapat digunakan, dan lokasi dimana peralatan WLAN tertentu dapat di implementasikan.
Sumber: http://aditya-isdits.blogspot.com/2015/10/pengertian-tentang-80211-wireless.html
Contoh: GSM, PCS, D-AMPS
Sumber: https://pkopiko.blogspot.com/?view=sidebar
k. Jaringan Nirkabel 802.11
802.11 adalah sebuah standart yang digunakan dalam jaringan Wireless/Jaringan Nirkabel dan di implementasikan di seluruh peralatan Wireless yang ada. 802.11 dikeluarkan oleh IEEE sebagai standart komunikasi untuk bertukar data di udara/nirkabel.
Untuk berkomunikasi di udara/Wireless/tanpa kabel, standart 802.11 menyatakan bahwa operasinya adalah Half Duplex, menggunakan frequensi yang sama untuk mengirim dan menerima data dalam sebuah WLAN. Tidak diperlukan licensi untuk menggunakan standart 802.11, namun harus mengikuti ketentuan yang telah di buat oleh FCC. IEEE mendefinisikan standart agar sesuai dengan peraturan FCC. FCC tidak hanya mengatur Frekuensi yang dapat di gunakan tanpa licensi tetapi juga level power dimana WLAN dapat beroperasi, teknologi transmisi yang dapat digunakan, dan lokasi dimana peralatan WLAN tertentu dapat di implementasikan.
Sumber: http://aditya-isdits.blogspot.com/2015/10/pengertian-tentang-80211-wireless.html
l. Antena dan Jalur Transmisi
Antena merupakan salah satu komponen atau elemen terpenting dalam suatu rangkaian dan perangkat Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi Radio ataupun gelombang Elektromagnetik. Perangkat Elektronika tersebut diantaranya adalah Perangkat Komunikasi yang sifatnya tanpa kabel atau wireless seperti Radio, Televisi, Radar, Ponsel, Wi-Fi, GPS dan juga Bluetooth. Antena diperlukan baik bagi perangkat yang menerima sinyal maupun perangkat yang memancarkan sinyal.
Adalah kontak informasi yang terjadi antar suatu alat dengan satu alat lainnya. Sebagai analogi,contohnya adalah penggunaan telepon. Ketika satu telepon menghubungi telepon lainnya, makayang dapat berkomunikasi adalah dua telepon tersebut.
Adalah proses komunikasi yang terjadi antar satu alat dengan alat lainnya. Dimana masing-masing alat yang terhubung dapat berkomunikasi dengan alat yang menghubunginya. Contohnyaadalah server yang ada pada internet. Dimana server tersebut melayani beberapa komputer yang menghubunginya, dan komputer yang dihubungi dapat memberikan respon balik kepada server itu tadi.
Adalah proses pengiriman informasi dari satu alat ke alat-alat lainnya. Alat yang menerimainformasi tidak dapat (atau tidak perlu) memberikan respon balik terhadap sang pengirim tentanginformasi yang diterimanya. Contohnya adalah stasiun pemancar televisi atau pengiriman email melalui mailing list.
m. Topologi Jaringan Nirkabel Indoor dan Outdoor
Teknologi yang digunakanoleh jaringan WLAN dan LAN juga berbeda, jika pada WLAN menggunakan teknologi wireless (IEEE 802.11) sedangkan jaringan LAN menggunakan teknologi ethernet (IEEE 802.3). Menurut standar IEEE untuk WLAN ada dua model topologi utama, yaitu:
1.) AdHoc
2.) Infrastruktur
2.) Infrastruktur
Berikut adalah jenis jenis topologi yang digunakan pada jaringan Wireless:
AdHoc sering disebut Independent Basic Service Set (IBBS). Jaringan AdHoc terbentuk bila antara client wireless yang dilengkapi dengan wireless LAN Card saling terhubung satu sama lain secara langsung. Pada jaringan ini tidak memerlukan perantara seperti access point atau perangkat lainnya. Topologi Adhoc ini memiliki beberapa kelemahan. Jika client yang terhubung semakin banyak, maka proses transmisi data akan semakin lambat.
Kelemahan lainnya, karena tidak adanya access point yang dijadikan consentrator pada topologi ini, menyebabkan tidak adanya perangkat yang bisa mengatur wireless client yang tekoneksi. Collusion atau tabrakan pun sangat mungkin terjadi.
Koneksi antar wireless client pada topologi ini diperantarai oleh sebuah perangkat access point. Setiap wireless client yang ingin terhubng dengan client lainnya harus terhububung dulu dengan access point yang digunakan.
Pada topologi ESS terdapat lebih dari satu access point yang digunakan. Tujuannya adalah untuk menjangkau area yang lebih jauh lagi. Jadi, bisa dikatakan topologi ESS ini merupakan gabungan atau kumpulan dari topologi BSS.
n. Konfigurasi Adhoc
Model jaringan ini memungkinkan perangkat wireless berkomunikasi satu sama lain secara langsung tanpa central access point.
Banyak metode digunakan untuk konfigurasi jaringan
1. Dibutuhkan “Wireless Network Card” pada masing-masing komputer.
2. Masuk ke “Network Card Properties” dan set SSID dengan nama tertentu (unique). Pastikan bahwa anda mengkonfigur SSID dengan nama yang sama untuk masing-masing komputer. Jika tidak sama, jaringan tidak akan terhubung.
3. Masuk ke “Network Card Properties” dan set “Channel” untuk jaringan Wireless yang akan digunakan. Pastikan anda mengkonfigurasi channel dengan angka yang sama untuk masing-masing komputer. Jika tidak, jaringan tidak akan terhubung.
4. Set IP LAN static pada kedua komputer. Patikan anda mengkonfigurasi IP komputer tersebut dalam satu subnet dan range yang sama. Jika anda set IP pada satu komputer 192.168.1.1 255.255.255.0, pastikan komputer lainnya di set juga pada range 192.168.1.2-254).
5. Set “Network Card” pada mode “Ad-hoc”, bukan “Infrastructure”.
Dengan konfigurasi diatas, seharusnya jaringan ad-hoc anda sudah bisa berjalan normal. Misal, salah satu PC anda terhubung ke internet, dan PC satu lagi ingin ikut/numpang
2. Masuk ke “Network Card Properties” dan set SSID dengan nama tertentu (unique). Pastikan bahwa anda mengkonfigur SSID dengan nama yang sama untuk masing-masing komputer. Jika tidak sama, jaringan tidak akan terhubung.
3. Masuk ke “Network Card Properties” dan set “Channel” untuk jaringan Wireless yang akan digunakan. Pastikan anda mengkonfigurasi channel dengan angka yang sama untuk masing-masing komputer. Jika tidak, jaringan tidak akan terhubung.
4. Set IP LAN static pada kedua komputer. Patikan anda mengkonfigurasi IP komputer tersebut dalam satu subnet dan range yang sama. Jika anda set IP pada satu komputer 192.168.1.1 255.255.255.0, pastikan komputer lainnya di set juga pada range 192.168.1.2-254).
5. Set “Network Card” pada mode “Ad-hoc”, bukan “Infrastructure”.
Dengan konfigurasi diatas, seharusnya jaringan ad-hoc anda sudah bisa berjalan normal. Misal, salah satu PC anda terhubung ke internet, dan PC satu lagi ingin ikut/numpang
dalam mengakses internet, anda bisa mengaktifkan fungsi Internet Connection Sharing (ICS) pada OS Windows, berikut tahapannya:
1. Aktifkan “ICS” pada PC yang memiliki koneksi internet. Catat alamat IP PC ini, yang akan menjadi komputer “host”.
2. Set “Default Gateway” “Network Card” pada PC yang kedua ke alamat IP komputer “Host” (refer ke No.1).
3. Set “DNS Server” untuk PC yang kedua dengan alamat IP DNS dari ISP anda.
2. Set “Default Gateway” “Network Card” pada PC yang kedua ke alamat IP komputer “Host” (refer ke No.1).
3. Set “DNS Server” untuk PC yang kedua dengan alamat IP DNS dari ISP anda.
Perlu diingat bahwa dengan “Internet Connection Sharing” (ICS) via Ad-hoc Wireless LAN, komputer “Host” harus selalu “ON”, jika anda ingin PC kedua bisa mengakses internet. Tahapan Test Koneksi untuk PC Windows :
1. Klik Start.
2. Klik Run.
3. Ketik “cmd”.
4. Ketik “ping x.x.x.x”, dimana x.x.x.x adalah alamat IP dari salah satu PC.
5. Jika “Ping is Successful”, maka jaringan anda sudah UP dan anda memiliki “Full Connectivity”
Sumber: http://armont-yes.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-konfigurasi-jaringan-ad.html
2. Klik Run.
3. Ketik “cmd”.
4. Ketik “ping x.x.x.x”, dimana x.x.x.x adalah alamat IP dari salah satu PC.
5. Jika “Ping is Successful”, maka jaringan anda sudah UP dan anda memiliki “Full Connectivity”
Sumber: http://armont-yes.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-konfigurasi-jaringan-ad.html
o. Konfigurasi Infrastruktur
Untuk dapat digunakan, tentunya Access Point harus dikonfigurasikan terlebih dahulu. Terdapat dua cara untuk mengkonfigurasikan Access Point(AP). Pertama, konfigurasi menggunakan W-LAN(Wireless LAN) card yang dipasang pada slot PCI, USB wireless ataupun mengunakan card PCMCIA. Kedua, konfigurasi menggunakan kabel UTP yang dihubungkan antara NIC di PC dengan salah satu port RJ-45 yang terdapat di AP.
1.) Pasangkan adaptor AP ke listrik rumah. Setelah access point menyala, hubungkan kabel UTP ke NIC yang ada di PC anda, kemudian pasangkan ujung satunya lagu ke port nomor 1 di access point.
2.) Setelah semuanya selesai, buka kontrol panel dengan cara mengklik Start/Control Panel, kemudian klik Network Connections.
3.) Setelah dialog Network Connection tampil, klik kanan icon ethernet LAN lalu pilih Properties.
4.) Pada kotak This connection uses the following items, klik internet Protocol(TCP/IP) kemudian klik tombol Properties.
5.) Pilih opsi Use the following IP address, lalu pada IP address masukkan IP dan subnet mask-nya. Untuk kelasnya, sesuaikan dengan kelas IP perangkat WLAN anda. Akhiri dengan mengklik tombol OK.
6.) Setelah selesai, buka web browser anda lalu pada address bar ketikkan ‘http://192.168.1.1’ kemudian tekan Enter.
7.) Maka akan muncul jendela user name dan password, pada user name ketik ‘admin’ kemudian pada bagian password biarkan saja kosong, tekan Enter.
Karena disini AP W-LAN merek Linksys yang kita gunakan, maka kita tidak perlu merasa bingung dengan segala perbedaan tampilan yang ada. Karena pada umumnya konfigurasi AP tidak terlalu berbeda jauh.
8.) Setelah anda menekan tombol Enter tadi, maka akan tampil jendel konfigurasi Access Point Linksys. Klik tab Wireless, dijendela inilah anda akan memasukkan nama jaringan wireless yang akan anda gunakan, atau yang sering disebut dengan SSID (Service Set Identifier)
9.) Pada Wireless Channel, klik tombol dropdown lalu pilih channel yang ingin anda gunakan.
1.) Pasangkan adaptor AP ke listrik rumah. Setelah access point menyala, hubungkan kabel UTP ke NIC yang ada di PC anda, kemudian pasangkan ujung satunya lagu ke port nomor 1 di access point.
2.) Setelah semuanya selesai, buka kontrol panel dengan cara mengklik Start/Control Panel, kemudian klik Network Connections.
3.) Setelah dialog Network Connection tampil, klik kanan icon ethernet LAN lalu pilih Properties.
4.) Pada kotak This connection uses the following items, klik internet Protocol(TCP/IP) kemudian klik tombol Properties.
5.) Pilih opsi Use the following IP address, lalu pada IP address masukkan IP dan subnet mask-nya. Untuk kelasnya, sesuaikan dengan kelas IP perangkat WLAN anda. Akhiri dengan mengklik tombol OK.
6.) Setelah selesai, buka web browser anda lalu pada address bar ketikkan ‘http://192.168.1.1’ kemudian tekan Enter.
7.) Maka akan muncul jendela user name dan password, pada user name ketik ‘admin’ kemudian pada bagian password biarkan saja kosong, tekan Enter.
Karena disini AP W-LAN merek Linksys yang kita gunakan, maka kita tidak perlu merasa bingung dengan segala perbedaan tampilan yang ada. Karena pada umumnya konfigurasi AP tidak terlalu berbeda jauh.
8.) Setelah anda menekan tombol Enter tadi, maka akan tampil jendel konfigurasi Access Point Linksys. Klik tab Wireless, dijendela inilah anda akan memasukkan nama jaringan wireless yang akan anda gunakan, atau yang sering disebut dengan SSID (Service Set Identifier)
9.) Pada Wireless Channel, klik tombol dropdown lalu pilih channel yang ingin anda gunakan.
Pemahaman tentang channel sangat penting diketahui, karena channel merupakan sebuah bagian pada pita atau band frekuensi. Penentuan sebuah channel yang tepat sangat penting dilakukan agar setiap frekuensi tidak saling bertumpuk (overlap) dengan jaringan WLAN disekitar kita. Pada frekuensi 2.4GHz ini, ada
channel yang dapat anda gunakan.
10.) Untuk Wireless SSID Broadcast, pilih opsi Enable. Setelah semuanya selesai, simpan konfigurasi anda dengan cara mengklik tombol Save.
11.) Tunggu beberapa saat jika proses menyimpan tadi telah selesai, maka akan tampil sebuah gambar. Klik tombol Continue untuk melanjutkan.
11.) Tunggu beberapa saat jika proses menyimpan tadi telah selesai, maka akan tampil sebuah gambar. Klik tombol Continue untuk melanjutkan.
p. Bridge Mode
Mode bridge digunakan sebagai Access point atau pemancar akan tetapi hanya bisa melayani satu client atau disebut juga dengan PTP (Point To Point), mode ini juga bisa kita gunakan untuk network yang sifatnya Routing ataupun Bridging. Untuk menggunakan mode ini perangkat Routerboard minimal memiliki lisensi level 3, sebagai contoh untuk type produk Embedded 5.xGHz jenis SXT-5HnD yang hanya memiliki license level 3, kita bisa membuat koneksi point to point dengan menggunakan 2 buah perangkat tersebut.
Sumber: http://bayumaulana17.blogspot.com/2016/01/pengertian-ap-bridge.html
q. Repeater Mode
r. Wireless Mesh
Saat ini teknologi Wireless LAN (WLAN) menjadi semakin populer sebagai salah satu pilihan dalam menyediakan akses internet nirkabel pada lingkungan perusahan, kampus, pemukiman, ruang publik, dll. Wireless Mesh sebagai salah satu inovasi varian dari teknologi WLAN menawarkan suatu solusi yang unik karena dapat menggantikan ataupun memperkaya kemampuan infrastruktur jaringan internet yang telah ada, baik yang berbasis kabel maupun nirkabel, secara lebih efektif dan efisien karena mampu mencakup daerah layanan yang lebih luas dan sulit dijangkau tanpa mengesampingkan faktor sekuriti, mobility, dan QoS.
Wireless Mesh berkembang dengan memadukan antara standar Wireless LAN 802.11 a/b/g (lihat artikel sebelumnya mengenai Perbandingan Standar WLAN a/b/g). Secara teknis standar 802.11a (frekuensi 5,8 GHz) digunakan untuk menghubungkan antar AP sedangkan standar 802.11b/g berfungsi menghubungkan device klien ke AP.
Wireless Mesh hampir mirip dengan konfigurasi repeater mode, namun lebih diperluas lagi. AP yang digunakan tidak terbatas hanya 2 AP namun sudah tergolong banyak bisa lebih dari 2 AP. Hubungan antar AP tidak harus point-to-point dan menggunakan jaringan fisik namun sudah ke arah Multi point dan wirelessly.
Konfigurasi Wireless Mesh mirip dengan konfigurasi Wireless LAN biasa. Yang membedakan pada WLAN biasa AP terhubung melalui kabel ke jaringan intranet/internet melalui HUB/switch dan pada Wireless Mesh tidak semua AP tersambung langsung melalui kabel ke HUB/switch. Pada Wireless Mesh memungkinkan hubungan antar AP melalui jaringan wireless seperti pada jaingan Point-to-Multipoint. Selain untuk memperluas jangkauan, AP juga dapat tersambung langsung ke client.
Sumber: http://rahmaekaputri.blogspot.com/2011/10/wireless-mesh.html
Wireless Mesh hampir mirip dengan konfigurasi repeater mode, namun lebih diperluas lagi. AP yang digunakan tidak terbatas hanya 2 AP namun sudah tergolong banyak bisa lebih dari 2 AP. Hubungan antar AP tidak harus point-to-point dan menggunakan jaringan fisik namun sudah ke arah Multi point dan wirelessly.
Konfigurasi Wireless Mesh mirip dengan konfigurasi Wireless LAN biasa. Yang membedakan pada WLAN biasa AP terhubung melalui kabel ke jaringan intranet/internet melalui HUB/switch dan pada Wireless Mesh tidak semua AP tersambung langsung melalui kabel ke HUB/switch. Pada Wireless Mesh memungkinkan hubungan antar AP melalui jaringan wireless seperti pada jaingan Point-to-Multipoint. Selain untuk memperluas jangkauan, AP juga dapat tersambung langsung ke client.
Sumber: http://rahmaekaputri.blogspot.com/2011/10/wireless-mesh.html
s. Karakteristik Perangkat Jaringan Nirkabel Indoor dan Outdoor
Konfigurasi WAP terbilang cukup sederhana, seperti penentuan SSID, Channel, dan pemilihan jenis authentication.
2. Antena
Antena adalah perangkat jaringan yang mempunyai fungsi significant dalam rangka memperluas area jangkauan dari jaringan.
Antenna ini merupakan jenis antenna dengan narrow bandwidth, yaitu mempunyai sudut pemancar yang kecil dengan daya lebih terarah. , jaraknya jauh tetapi tidak dapat menjangkau area yang luas. Antenna ini mengirim dan menerima sinyal radio hanya dalam satu arah.
• Antena Grid
• Antena Yagi
• Antena Sectoral
• Antena Parabola
3. Antena Omnidirectional
Penggunaan Wi-Fi Channel yang tidak tepat dapat menimbulkan interferensi, sebagai contoh jika jaringan A menggunakan chanel 6, sedangkan jaringan B menggunakan 8, maka akan terjadi interferensi.
Oleh karena itu agar tidak terjadi interferensi maka gunakanlah non-overlapping chanel, yaitu channel 1, 6 11 dan 14 pada jaringan wireless (Access Point) yang berbeda.
t. Perancangan Jaringan Nirkabel Indoor dan Outdoor
1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain Jaringan Nirkabel
- Site Survei
Site Survei, awalnya jarang dilakukan karena biaya untuk implementasi jaringan nirkabel sangat murah sehingga tidak masalah berapa banyak access point yang hendak dipasang.Akan tetapi sangat disarankan untuk melakukan hal ini karena hal ini dapat membantu dalam memilih tempat untuk pemasangan access point selain masalah penyebaran sinyal hal ini bertujuan menghindari terjadinya tabrakan frekuensi.
- Roaming Jaringan Nirkabel
Jaringan Nirkabel menghabiskan biaya yang lebih sedikit ketimbangan jaringan kabel ketika diimplementasikan. Besar kecepatan akses tergantung dari access point dan radius daerah jangkauan sebaiknya diperhitungkan dengan baik saat didesain karena apabila terjadi tabrakan channel frekuensi dengan acces point lain maka akan terjadi dead spots.Di mana user pada daerah ini tidak dapat mengakses access point manapun.
1.) Periksa apakah koneksi kabel yang digunakan sudah cocok. Pemasangan kabel dari access point ke switch apakah kabel UTP yang digunakan berjalan dengan baik dan benar dipasangnya.Periksa juga kabel yang digunakan untuk access point ke antena. Diperiksa terlebih dahulu apakah kabel yang digunakan sudah tepat. Diberikan label pada kabel supaya mudah dalam melakukan pemeriksaan atau dokumentasi jaringan sehingga mudah untuk melacak posisi kabel yang ingin diperiksa.
2.) Buatlah desain setingan konfigurasi terlebih dahulu sebelum melakukan pada alat-alat yang ada (Access Point, Bridge, klien device) misalnya IP Address yang akan dipasang, SSID yang akan digunakan, user dan password login untuk administrator serta settingan parameter sekuritas yang harus disamakan supaya tidak terjadi masalah saat klien device ingin terhubung dengan access point yang ada.
3.) Gunakan software-software yang dapat digunakan untuk menguji radius sinyal dari access point.Hal ini bertujuan untuk memeriksa radius dari sinyal access point dan pemeriksaan dari overlapping chanel.
4.) Catat dan dokumentasikan setiap langkah konfigurasi serta contact person dari tim instalasi.Hal ini berguna apabila terjadi permasalahan di kemudian hari sehingga mudah dalam melakukan pengecekan permasalahan.
- Penempatan Alat-Alat Jaringan Nirkabel
Penempatan akses point untuk ruangan indoor sebaiknya berada di tempat yang tidak banyak sekat atau dinding sebisa mungkin lone of sight karena radius signal akan semakin kecil apabila semakin banyak sekat atau halangan.
Sedangkan untuk outdoor, sebaiknya dilakukan site survei terlebih dahulu untuk mengecek keadaan lapangan.Jangan sampai sinyal pada titik yang akan dipasang akses point akan bertabrakan dengan akses point lain yang telah terpasang lebih dahulu dan k eamannya perlu diperhitungkan.
- Pengkabelan
Pemasangan kabel ini dilakukan hanya untuk kabel UTP yang dihubungkan dengan akses point karena ini merupakan jaringan nirkabel sehingga yang perludiperhatikan dalam pengkabelan adalah koneksi access point ke switch. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kabel tersebut dapat digunakan atau tidak (misalnya: karena isinya terputus).
Pemasangan kabel ini dilakukan hanya untuk kabel UTP yang dihubungkan dengan akses point karena ini merupakan jaringan nirkabel sehingga yang perludiperhatikan dalam pengkabelan adalah koneksi access point ke switch. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kabel tersebut dapat digunakan atau tidak (misalnya: karena isinya terputus).
Sebelum dilakukan instalasi perlu dibuat sebuah jadwal pekerjaan yang baik agar proses instalasi berjalan dengan lancar. Jadwal tersebut secara sekuensial (urut) meliputi hal-hal berikut:
• Membuat desain jaringan di atas kertas sesuai dengan kondisi nyata di lapangan
• Melakukan pembongkaran dan pembenahan infrastruktur lapangan.
• Melakukan pemasangan peralatan jaringan secara menyeluruh• Melakukan konfigurasi peralatan jaringan secara menyeluruh
• Menguji konektivitas semua node dalam jaringan dan radius dari access point yang dipasang.
Tim instalasi adalah orang-orang yang terlibat dalam melaksanakan instalasi suatu jaringan Nirkabel. Orang-orang ini hendaknya bukanlah orang-orang sembarangan, melainkan memiliki pengalaman dalam bidang jaringan komputer, khususnya pengalaman dalam melakukan instalasi jaringan nirkabel.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tim instalasi jaringan nirkabel adalah sebagai berikut:• Banyak lokasi instalasi
• Kapasitas user yang akan mengakses jaringan Nirkabel
• Besar biaya yang akan dikeluarkan untuk proses penginstalan jaringan.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tim instalasi jaringan nirkabel adalah sebagai berikut:• Banyak lokasi instalasi
• Kapasitas user yang akan mengakses jaringan Nirkabel
• Besar biaya yang akan dikeluarkan untuk proses penginstalan jaringan.
Sumber: http://lukmayasinkelasxiitkj1jaringannrkabel.blogspot.com/2017/10/perancangan-jaringan-nirkabel-1.html
t. Perancangan Jaringan Nirkabel Indoor dan Outdoor
1. Instalasi Perangkat Outdoor
Instalasi perangkat outdoor yang dilaksanakan diluar ruangan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :
Lokasi Pemasangan
|
Jenis Perangkat
|
a. On the ground(dipasang diatas tanah)
|
ONU Cabinet, RT Cabinet, ADM, Splitter tray dalam cabinet.
|
b. On the pole(dipasang di tiang)
|
ONU Tiang, RT Tiang,Closure.
|
c. Below the ground(dipasang diManhole/ Handhole)
|
Closure.
|
Langkah-langkah pemasangan perangkat adalah sebagai berikut :
Pembuatan pondasi/ Mendirikan tiang
|
ß
|
Pemasangan cabinet
|
ß
|
Pemasangan catu daya
|
ß
|
Terminasi Kabel
|
ß
|
Pemasangan modul
|
ß
|
Inisialisasi
|
- Persyaratan Lokasi
Persyaratan lokasi pemasangaan perangkat adalah sebagai berikut :
a. Lokasi pemasangan perangkat sedapat mungkin dekat dengan lokasi/ persil kelompok pelanggan (copper centrum) sehingga kabel yang ditarik kearah pelanggan bisa lebih pendek dan persyaratan teknisnya (redaman transmisi dan tahanan loop) terpenuhi.
b. Lokasi pemasangan perangkat harus dekat dengan sumber tegangan distribusi PLN, mudah dijangkau serta mudah dalam operasi dan pemeliharaanya.
c. Lokasi pemasangan perangkattidak boleh pada lokasi yang rawan longsor ataupun rawan banjir.
d. Lokasi pemasangan perangkat harus memperhatikan rencana tata kota seperti kemungkinan adanya pelebaran jalan, pembangunan sarana umum dan lain sebagainya.
e. Lokasi pemasangan perangkat harus aman dari gangguan external seperti lalu lintas kendaraan, pejalan kaki dan tindakan kriminal, bila lokasinya rawan kejahatan maka perlu ditambah pagar dan kunci pengaman.
- Persyaratan Umum Pemasangan Perangkat
Persyaratan umum pemasangaan perangkat outdoor adalah sebagai berikut :
a. Apabila perangkat dipasang dekat dengan persimpangan jalan, maka perangkat tidak boleh ditempatkan terlalu dekat dengan sudut jalan, jarak minimal dari sudut jalan adalah 5 meter dan jarak dari pinggir jalan minimal 1 meter berikut contoh penempatan perangkat :
b. Perangkat outdoor biasanya dikemas dalam kabinet untuk itu ventilasi udara kabinet tidak boleh tertutup bila perlu dipasang fan tambahan agar temperatur didalam kabinet tidak terlalu panas (suhu didalam kabinet direkomendasikan maksimum 30 °C). Untuk menjaga temperatur di dalam kabinet, perangkat outdoor disarankan ditempatkan di dalam shelter.
c. Perangkat harus terpasang dengan kokoh, tidak miring dan memenuhi estetika keindahan serta dilengkapi dengangrounding yang baik (maksimum 1 ohm).
d. Apabila karena suatu hal kabinet harus ditempatkan dihalaman atau persil penduduk atau halaman kantor, maka harus mendapat ijin tertulis terlebih dahulu dari pemilik persil yang bersangkutan.
5.3.1 Persyaratan pemasangan perangkat diatas tanah
Persyaratan pemasangan perangkat diatas tanah adalah sebagai berikut :
a. Kabinet perangkat harus dipasang patok pelindung agar tidak terlanggar oleh kendaraan, pemasangan patok pengaman seperti gambar berikut :
b. Kabinet perangkat harus dipasang diatas dudukan/ pondasi beton dengan kedalaman minimal 70 cm dan ketinggian minimal 60 cm dari permukaan lantai kerja, bagian pondasi yang berada diatas permukaan tanah harus diplester/ dihaluskan dan permukaan atas dudukan beton harus dibuat miring agar air tidak menggenang disekitar kabinet. Khusus untuk daerah rawan banjir tinggi dudukan/ pondasi disesuaikan.
c. Pondasi terbuat dari beton cor dengan perbandingan semen, pasir, batu pecahan 1:2:3, ukuran pondasi disesuaikan dengan ukuran kabinet, pondasi dapat dibuat langsung ditempat ataupun dicetak terlebih dahulu (precast).
d. Bagian bawah kabinet (cabinet root) harus terpasang kuat pada pondasi beton dengan kedalaman ± 15 cm, berikut gambar pemasangan kabinet pada dudukan beton/ pondasi :
e. Bagian dalam pondasi harus dibuat berongga dan mempunyai ruang yang cukup untuk pemasukan kabel pelanggan (tembaga), kabel serat optik, kabel catu daya (power) dan kabel grounding.
f. Agar terhindar dari gangguan serangga maka setelah kabel-kabel terpasang maka rongga tersebut harus ditutup dengan parafin dan rongga pipa kabel yang ada kabelnya dipasang seal.
g. Setiap kabel harus ditempatkan pada pipa duct tersendiri dan pada belokan harus dipasangflexible pipe, ukuran pipa ductadalah sebagai berikut :
a) Pipa duct Æ 100 mm digunakan untuk kabel pelanggan.
b) Pipa duct Æ 50 mm digunakan untuk kabel Fiber Optik.
c) Pipa duct Æ 40 mm digunakan untuk kabel Catu daya (power).
d) Pipa duct Æ 40 mm digunakan untuk kabelgrounding
Pemasangan pipa duct / kabel tidak boleh saling menyilang.
5.3.2 Persyaratan pemasangan perangkat di tiang
Persyaratan pemasangan perangkat di tiang adalah sebagai berikut :
a. Tiang tempat pemasangan kabinet/ perangkat harus kuat dan cukup menahan beban perangkat bila perlu dipakai tiang ganda, berat maksimum pemasangan perangkat di tiang adalah 75 kg.
b. Kabel bawah tahah yang menuju perangkat agar terhindar gangguan external harus diberi pipa pelindung (Riser Pipe) dari besi dan di klem kepada tiang, tinggi pipa pelindung dari permukaan tanah adalah 3 meter.
c. Bagian bawah tiang yang ditanam harus dicor dengan ketinggian dan kedalaman 50 cm dari permukaan tanah, sedangkan sisanya dicat dengan Tir atau Plinkut seperti gambar berikut :
d. Pembuatan pondasi dilaksanakan sebelum perangkat dipasang dan harus benar-benar kering sebelum dipakai.
e. Tinggi tiang yang dapat dipakai minimal 7 meter, sedangkan tinggi perangkat dari atas tanah minimal 2 meter seperti gambar berikut :
f. Pemasangan perangkat dari kabel atas tahah adalah sebagai berikut :
¨ Catuan AC yang diambil dari jala-jala PLN harus diterminasikan pada Box/Paneltersendiri dan dilengkapi dengan Circuit Breaker dengan besaran arus yang sesuai.
¨ Jalur kabel dapat dipilih sesuai gambar diatas dan sepanjang rute kabel tersebut harus diberikan pipa pelindung yang kuat.
¨ Jenis dan diameter kabel yang dipilih harus disesuaikan dengan besarnya arus/ampere yang dibutuhkan dan telah memenuhi Standar Industri Indonesia (SII).
¨ Batere yang direkomendasikan adalah batere kering agar tidak terjadi korosi didalam kabinet, batere tersebut harus dapat memberikan catuan yang cukup minimal selama 8 jam pada saat catuan utama (PLN) jatuh.
¨ Untuk keseragaman perkabelan batere gunakan kabel warna hitam untuk kutub (-) dan kabel warna merah untuk kutub (+). Kabel batere yang terpasang pada kutubnya harus dilengkapi sepatu kabel dan dikuatkan dengan baut pengencang seperti gambar berikut :
INSTALASI PERANGKAT INDOOR
4.1 Umum
Instalasi perangkat indoor yang dilaksanakan didalam ruangan meliputi pemasangan perangkat disisi sentral dan disisi pelanggan.
Perangkat yang biasa dipasang disisi sentral seperti tertera pada gambar 4.1 dibawah ini meliputi :
a. Perangkat OLT, CT, SDH Mux, Channel Bank.
b. FDF termasuk Splitter Frame(bila PS diletakkan disisi sentral).
c. DDF.
d. Perangkat T-AURORA.
Catatan :
· Passive Splitter direkomendasikan dipasang di Sentral atau di gedung pelanggan (untuk perangkat remote indoor).
· Bila jaringan sudah dilengkapi T-AURORA maka FDF tidak diperlukan lagi.
Perangkat yang biasa dipasang disisi pelanggan seperti tertera pada gambar 4.2 dibawah ini meliputi :
a. Perangkat ONU, RT, SDH Mux, Channel Bank.
b. OTB.
c. DDF, SDF.
d. DP.
e. Splitter Tray (apabila PS diletakkan disisi pelanggan).
f. Power Distribution Box
Gambar 4.2 Konfigurasi umum instalasi perangkat disisi pelanggan
Pada dasarnya instalasi perangkat didalam ruangan dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :
Lokasi Pemasangan
|
Jenis Perangkat
|
a. On the ground(dipasang diatas lantai)
|
OLT, CT, FDF, DDF, T-AURORA,Splitter Frame, ONU Rack, RT Rack, SDH Mux, CB, Catu Daya.
|
b. On the wall(dipasang di dinding)
|
ONU Dinding, RT dinding, OTB, Splitter Tray(biasanya terintegrasi dengan OTB), SDF, DDF, Catu daya.
|
Langkah-langkah pemasangan perangkat adalah sebagai berikut :
Start
|
Siapkan dokumen layout, perangkat dan perkakas.
|
ß
|
Unpack
|
Buka peti/ boxdengan alat pembuka/ pengungkit.
|
ß
|
Carrying
|
Bawa perangkat, material dan perkakas instalasi ke ruangan instalasi.
|
ß
|
Check
|
Periksa deskripsi dan jumlah perangkat, alat bantu serta material instalasi sesuai dengan dokumen pengiriman.
|
ß
|
Marking
& Driling
|
Tandai tempat pemasangan perangkat sesuai dengan letak lubang sekrup/ baut pada perangkat. Buat lubang pada tempat tersebut dengan bor listrik untuk pemasangan angker, gunakan mata bor yang kecil dahulu kemudian gunakan mata bor yang besar.
|
ß
|
Structure
Assembling
|
Pasang baut angker pada bagian yang dilubangi tadi kemudian susun kerangka rak/ kabinet pada kedudukannya, gunakanwaterpass agar rak/ kabinet tidak miring.
|
ß
|
Equipment
Set Up
|
Kuatkan baut angker, kemudian pasang kelengkapan rak/ kabinet seperti modul-modul.
|
ß
|
Cable
Laying
|
Gelar semua kabel yang menghubungkan perangkat satu dengan lainnya ternasuk kabelgrounding padagroundingterminal, kemudian ikat sementara padacable tray ataucable holder.
|
ß
|
Cable
Forming
|
Rapihkan susunan kabel pada cable trayatau cable holderdengan cable tiesdengan jarak secukupnya.
|
ß
|
Cable Termination
|
Terminasikan kabel pada terminal yang sesuai (K52, K71, LSA Plus, Patch Panel, SDP, OTB/FDF) dengan wiring diagram yang telah ditentukan, kemudian pasang label pada kabel dan terminal distribusi agar mudah dikenali. Seluruh kabel harus diterminasikan sampai ke terminal.
|
ß
|
Cable Wiring Check
|
Periksa semua interkoneksi kabel dengan alat test.
|
ß
ß
|
Cleaning
|
Bersihkan lokasi instalasi dan kumpulkan sisa material yang belum terpakai untuk instalasi di tempat lainnya.
|
ß
|
Finish
|
Lakukan pengetesan perangkat dan catat material yang terinstal.
|
4.2 Persyaratan ruangan
Persyaratan ruangan lokasi pemasangaan perangkat adalah sebagai berikut :
a. Ruangan harus bersih, bebas banjir maupun tetesan air dari plafond ruangan mempunyai penerangan dan ventilasi udara yang baik, jika perlu dipersiapkan ruangan khusus untuk perangkat JARLOKAF.
b. Ruangan harus mempunyai suhu dan kelembaban yang tetap, oleh sebab itu perlu dikondisikan dengan Air Conditioner (AC) yang memadai yaitu pada suhu ruangan 20 ± 10 % dan kelembaban 60 ± 10 %.
c. Ruangan yang dipilih harus direncanakan secara terpadu dan cukup ruang untuk pengembangan dikemudian hari.
d. Untuk gedung bertingkat, ruangan dapat dipilih diBasement atau di lantai lainnya dari gedung tersebut namun harus dekat dengan jalur transportasi barang/ perangkat dan jalur masuknya kabel ke gedung tersebut.
e. Ruangan perangkat harus dekat dengan terminal distribusi existing, terdapat sumber catu daya yang cukup untuk mencatu perangkat dan chargernya.
f. Ruangan harus mempunyai terminal grounding/ grounding bar.
g. Lantai atau dinding tempat pemasangan perangkat harus mampu menahan beban dari perangkat yang akan dipasang, berikut kondisi lantai dan dinding yang dipersyaratkan :
Lokasi Pemasangan
|
Minimum menahan beban
|
Diatas lantai (dalam bentuk rak)
|
200 kg/ m2
|
Di dinding (dalam bentuk kabinet)
|
75 kg
|
4.3 Persyaratan umum pemasangan perangkat
Persyaratan umum pemasangaan perangkat indoor adalah sebagai berikut :
a. Perangkat mudah dijangkau dan tidak mengganggu perangkatexisting (bila ada).
b. Perangkat dipasang secara teratur/ berurutan sesuai dengan dokumen survei.
c. Penempatan perangkat diatur sedemikian rupa sehingga tersedia lahan untuk kegiatan Operasi dan Pemeliharan, serta tidak berada dibawah tetesan air kondensasi AC.
d. Perangkat harus terpasang dengan kokoh, tidak miring dan memenuhi estetika keindahan.
e. Perangkat harus diberi pentanahan dan terintegrasi dengan pentanahan perangkat telekomunikasi lainnya, besarnya tahanan maksimum 1 Ohm. Kabel groundingdirekomendasikan yang mempunyai jaket PE dengan diameter yang sesuai.
f. Sub rack dan modul-modul hanya dapat dipasang setelah rak utama terpasang kuat.
g. Alur kabel catu daya harus terpisah dengan alur kabel komunikasi dan harus diikat rapi dengan tie rope/ cable tiespada cable tray, jarak pemasangan pengikat tersebut adalah 25 cm untuk alur vertikal dan 100 cm untuk alur horizontal. Sedangkan untuk kabel yang banyak harus menggunakan tali montage atau benang Siemens.
h. Bila ruangan terpisah untuk perangkat yang satu dengan lainnya maka harus dipasangcable tray, untuk menjaga estetika serta kemudahan O&M.
i. Terminasi kabel 2 Mbps yang menghubungkan antar perangkat transmisi harus dilaksanakan pada DDF (K52) dengan jarak maksimum 150 m.
j. Terminasi dikelompokkan berdasarkan jenis layanan/service.
k. Persyaratan pemasangan modul adalah sebagai berikut :
¨ Pada saat memasang modul, pergelangan tangan harus dipasang kabel grounding karena modul sangat sensitif dengan elektrostatik.
¨ Pemasangan modul harus hati-hati dan permukaan modul baik sisi komponen maupun sisi solderan tidak boleh disentuh dengan tangan.
¨ Modul harus terpasang tepat pada slotnya dan konektor modul benar-benar terhubung dengan konektor pada backplane.
¨ Slot yang kosong harus dipasang penutup agar tidak ada debu yang masuk.
l. Persyaratan inisialisasi perangkat sebagai berikut :
¨ Inisialisasi perangkat dilaksanakan setelah semua sistim diperiksa dan terpasang dengan baik.
¨ Sumber catu daya harus diperiksa terlebih dahulu agar dapat diperoleh tegangan/ arus yang konstan.
¨ Hidupkan perangkat satu persatu kemudian lakukan pengecekan semua lampu indikator (LED) dengan mengoperasikan switch lamp test.
¨ Apabila ditemukan kelainan maka sumber kelainan harus segera dilacak jika perlu catuan segera diputus.
¨ Pelaksanaan inisialisasi maupun trouble shootingharus mengacu kepada rekomendasi dari pabrikan.
4.4 Persyaratan pemasangan perangkat diatas lantai
Persyaratan pemasangan perangkat diatas lantai adalah sebagai berikut :
a. Perangkat dapat dipasang langsung diatas lantai maupun diatas Raise Floor, tinggi maksimum Raise Floor adalah ±50 cm.
b. Agar tidak mengganggu lalu lintas personil, maka berikut ini adalah contoh floor layout.
c. Perangkat yang tidak memerlukan akses daribackplane dapat dipasang bersandar di dinding atau back to back.
Keterangan :
No.
|
Objek
|
Jarak (mm)
|
1.
|
Belakang rak – Dinding
|
1.000
|
2.
|
Muka rak – Dinding
|
1.000
|
3.
|
Muka rak - Belakang rak lainnya
|
1.000
|
4.
|
Muka rak - Muka rak lainnya
|
1.000
|
5.
|
Belakang rak - Belakang rak lainnya
|
1.000
|
6.
|
Pinggir rak – Dinding
|
1.000
|
7.
|
Pinggir rak - Pinggir rak
|
6
|
d. Untuk menghubungkan kabel dari perangkat satu dengan perangkat lainnya harus dipasang tray kabel, tray kabel dapat dipasang dibawah rak (didalam raise floor) atau diatas perangkat. Berikut persyaratan pemasangan tray.
e. Bila rak dipasang langsung diatas lantai, maka bagian bawah rak harus dipasang mati dengan lantai menggunakan angker/ dyna bolt seperti contoh pada gambar berikut :
f. Sedangkan bila perangkat dipasang diatas Raise floor, maka rak dipasang pada kerangka Raise floor dan dikuatkan dengan mur/ baut yang sesuai.
4.5 Persyaratan pemasangan perangkat di dinding
Persyaratan pemasangan perangkat di dinding adalah sebagai berikut :
a. Dinding tempat pemasangan perangkat harus kuat, rata dan mempunyai ketebalan yang cukup.
b. Perangkat yang dipasang di dinding harus dikuatkan oleh mur/ baut dengan panjang minimal 60 mm seperti tertera pada gambar berikut :
c. Tinggi perangkat dari atas lantai disesuaikan dengan ukuran perangkat dan keleluasaan petugas pelaksana Operasi dan Pemeliharaan yaitu antara 60 cm sampai dengan 140 cm atau disesuaikan dengan kondisi ruangan. Konstruksi pemasangannya adalah sebagai berikut :
d. Alur masuk/ keluar kabel ke/ dari perangkat dapat dari atas maupun dari bawah, alur kabel yang terbuka dan banyak gangguan eksternal termasuk kabel grounding harus dibericable duct dari PVC.
e. Besarnya Bending Radiusminimum pada jalur kabel yang membelok adalah minimal sebesar 20 kali diameter kabel.
f. Pada jalur kabel yang membelok harus dilindungi dengan flexible pipe.
g. Apabila perangkat mempunyai pintu penutup, maka harus disediakan ruangan agar pintu bebas membuka dan menutup.
Sumber : http://informasi-dunia-tik.blogspot.com/2012/02/instalasi-perangkat-indoor.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar